Friday 24 May 2013

Anemia Defisiensi Besi


BAB 1

PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG

Sejumlah jenis zat gizi memegang peranan dalam pembentukan darah merah (hemopoiesis). Hanya anemia defisiensi zat besi (Fe) yang mempunyai cakupan yang sangat luas di Indonesia dan akan dibahas lebih lanjut di makalah ini yang berjudul Anemia defisiensi besi”.
Di perkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah anemia defesiensi besi ( ADB) dan terutama pada bayi, anak sekolah, ibu hamil dan menyusui. Penelitian di indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30-40%, pada anak sekolah 25-35% dan sisanya adalah orang remaja dan dewasa, sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar  sehingga menurunkan prestasi belajar di sekolah.
Anemia di definisikan sebagai penurunan volume/jumlah sel darah merah (eritrosit) dalam darah atau penurunan kadar hemoglobin sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Hb<10 g/dL), sehingga terjadi penurunan kemamapuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Dengan demikian anemia bukanlah suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis yang diuraikan dalam anamnesa, pemeriksaan fisik yang teliti serta pemeriksaan laboratorium yang menunjang.



Manifestasi klinis yang timbul tergantung pada :
1)      Kecepatan timbulnya anemia
2)      Umur individu
3)      Mekanisme kompensasi tubuh seperti, peningkatan curah jantung dan pernafasan, meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin, mengembangkan volume plasma, redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
a.       Tingkat aktivitas
b.      Keadaan penyakit yang mendasari
c.       Parahnya anemia tersebut
 Anemia dapat di klasifikasikan menjadi empat bagian:
1.      Anemia Defisiensi
Anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor-faktor pematangan eritrosit, seperti defisiensi besi ,asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin dan sebagainya.
2.      Anemia Aplastik
Anemia yang terjadi akibat terhentinya proses pembuatan sel darah oleh sumsum tulang.
3.      Anemia Hemoragik
Anemia yang terjadi akibat proses perdarahan pasif atau perdarahan yang menahun.


4.      Anemia Hemolitik
Anemia yang terjadi akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan. Bisa bersifat intrasel seperti pada penyakit talasemia, sickle cell anemia/ hemoglobinopatia, sferosis kongenital, defisiensi G6PD atau bersifat ekstrasel seperti intoksitasi, malaria, inkompabilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfusi darah.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah sakit kepala, pusing, lemah, gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok, dan pucat (di lihat dari warna kuku, telapak tangan, membran mukosa mulut dan konjungtiva). Selain itu juga terdapat gejala lain tergantung dari penyebab anemia seperti jaundice, urin berwarna hitam, mudah berdarah.
Untuk menegakkan diagnosa dapat di lakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan sel darah merah secara lengkap, pemeriksaan kadar besi, elektroforesis hemoglobin dan biopsi sumsum tulang. Untuk penanganan anemia di dasarkan dari penyakit yang menyebabkannya seperti jika karena difisiensi besi di berikan suplemen besi, difisiesni asam folat dan vitamin B12, dapat juga di lakukan transfusi darah, splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang.






1.2. TUJUAN PENULISAN

a)      Sebagai bahan pengembangan pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan dalam mengerjakan tugas kelompok dari mata kuliah medical science.
b)      Sebagai bahan penilaian terhadap tugas yang di berikan terhadap mahasiswa, baik dalam penyusunan makalah maupun presentasi makalah.
a)      Sebagai bahan pembelajaran dalam diskusi kelompok maupun individu.
b)      Mahasiswa mampu menguasai makalah dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang.








BAB II

ISI

2.1  DEFINISI

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia kekurangan zat besi atau yang dikenal dengan kurang sel darah merah masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang biasa dialami masyarakat semua kelompok umur.
      Merupakan penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak ketika sedang dalam proses pertumbuhan dan pada wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar dari orang normal. Jumlah besi dalam badan orang dewasa adalah 4-5 gr sedang pada bayi 400mg, yang terdiri dari: masa eritrosit 60%, feritin dan hemosiderin 30%, mioglobin 5-10%, hemenzim 1%, besi plasma 0,1%. Kebutuhan besi pada bayi dan anak lebih besar dari pengeluarannya karena pemakaiannya untuk proses pertumbuhan, dengan kebutuhan rata-rata 5 mg/ hari tetapi bila terdapat infeksi meningkat sampai 10 mg/hari.
       Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan jejenum) proksimal. Besi yang terkandung dalam makanan ketika dalam lambung di bebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus di rubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali, kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian di simpan  sebagai senyawa feritin dan sebagain lagi masuk keperadaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan di gunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai di simpan sebagai labile iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid.
         Pada sumber lain anemia difisiensi besi (ADB) diartikan sebagai anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (deplete iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin (HB) berkurang. Beberapa zat besi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah, yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat, tetapi tubuh juga memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan hormone, terutama eritroprotein. Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.
           Anemia karena kekurangan zat besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah. Penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan sel darah merah. Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan zat besi. Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi. Janin yang sedang berkembang menggunakan zat besi, karena itu wanita hamil juga memerlukan tambahan zat besi. Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 gram zat besi setiap 1.000 kalori, sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 gram/hari.
            Sumber yang paling baik adalah daging yaitu serat sayuran,fosfat, kulit padi (bekatul) dan antasid mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya. Vitamin C merupakan satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Tubuh menyerap sekitar  1-2 gram zat besi dari makanan setiap harinya, yang secara kasar sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.


2.2 MEKANISME PENYAKIT DAN PENYEBAB PENYAKIT

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

  1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari:
a.         Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b.      Saluran genitalia wanita : menorhagia, atau metrorhagia.
c.          Saluran kemih : hematuria
d.      Saluran nafas : hemoptoe
  1. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (biovaibilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
  2. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
  3. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa, anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sementara itu, pada wanita paling sering karena menormetrorhagia.







 Berdasarkan umur penderita penyebab dari defisiensi besi dapat dibedakan :
  1. Bayi < 1 tahun : persediaan besi kurang karena BBLR, lahir kembar, ASI eklusif tanpa suplemen besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat, anemia selama kehamilan.
  2. Anak 1-2 tahun : masukan besi kurang, kebutuhan yang meningkat karena infeksi berulang (enteritis, BP), absorpsi kurang.
  3. Anak 2-5 tahun : masukan besi kurang, kebutuhan meningkat, kehilangan darah karena divertikulum meckeli.
  4. Anak 5- remaja : perdarahan karena infeksi parasit dan polip, diet tidak adekuat.
  5. Remaja-dewasa : menstruasi berlebihan.

Penyebab anemia
a. kurang makan sayuran hijau, buah buahan yang berwarna dan lauk pauk (sebab utama)
b. perdarahan akibat terlalu sering melahirkan
c. jarak kelahiran anak terlalu dekat
d. ibu hamil bekerja terlalu berat
e. adanya cacing tambang dalam usus

2.3 GEJALA DAN TANDA

Gejala umum yang terjadi pada anemia ini tidak berbeda jauh dengan anemia pada umunya seperti lemah, letih, lesu, pucat, serta cepat lelah.
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik. Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi di dalamnya dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel darah merah yang baru.
          Tubuh kehilangan sejumlah zat besi hanya ketika sel darah merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi merupakan sala satu penyebab terbanyak dari anemia dan satu-satunya penyebab kekurangan zat besi pada orang dewasa adalah perdarahan. Makanan yang mengandung sedikit zat besi bisa menyebabkan kekurangan zat besi pada masa bayi dan anak kecil, yang memerlukan lebih banyak zat besi untuk pertumbuhannya. Pada pria dan wanita pasca menopaus, kekurangan zat besi biasanya menunjukkan adanya perdarahan pada saluran pencernaan. Pada wanita pre-menopaus, kekurangan zat besi bisa disebabkan oleh perdarahan menstruasi bulanan.
         Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan zat besi sehingga cadangan zat besi makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan zat besi berlanjut terus  maka penyediaan zat besi untuk  eritropoesis  berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada  bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut iron deficiency anemia.
         Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai pada anemia jenis lain, seperti:
  1. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang
Description: http://lh5.ggpht.com/_9SaLM0ANdbw/TJybIPIEnUI/AAAAAAAABR8/R-SDbYcgvxI/glositis_thumb.jpg
  1. Glositis : iritasi lidah
Description: http://www.uv.es/medicina-oral/Docencia/atlas/lengua/6.jpg   Description: http://www.dermis.net/bilder/CD002/100px/img0004.jpg
  1. Keilosis : bibir pecah-pecah
Description: http://www.ladyissue.com/private_folder/Article1/chapped-lips.jpg Description: http://cahayacinta.com/wp-content/uploads/2011/03/chapped-lips1.jpg
  1. Koilonikia : Kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok
Description: http://www.patient.co.uk/images/OM985a.jpg
  1. Konjungtiva pucat
Description: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQWAJbV4Jf1LwK5c9j-zBX-1pgPv8tSViR_KcjmjqAnkBMrOj6KAUapIajmjQ

2.4 PEMERIKSAAN

           Pemeriksaan ADB dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium :
  1. Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC, dan MCH menurun. MCH <> red cell distributionwidth meningkat yang menandakan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan.  Adapun darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang  sel  target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Reukosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
  2. Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast kecil-kecil, sideroblast.
  3. Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin
  4. Feritin serum.  Sebagian kecil feritin tubuh bersikulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuleodotel. Pada anemia defisiensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar serum normal atau menigkat pada anemia penyakit kronik.
  5. TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat
  6. Fase : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.
  7. Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan genikologi.
Setelah melakukan pemerikssan laboratorium kemudian dilakukan diagnosis, diagnosis banding, kemudian dilanjutkan ke tahap terapi.
a. Diagnosis
Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut :
1)      Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.
2)      Laboratorium : anemia hipokrom mikosister, Fe serum rendah, TIBC tinggi.
3)      Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast).
4)      Adanya respon yang baik terhadap pemberian Fe.
                       
b. Diagnosis banding
 Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti :
1)      Thalasemia (khususnya thalasemia minor ) : Hb A2 meningkat, feritin serum dan timbulnya Fe tidak turun.
2)      Anemia karena infeksi menahun : biasanya anemia normokromik normositik. Kadang –kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. Feritin serum dan timbunan Fe tidakturun.
3)      Keracunan timah hitam (Pb) : terdapat gejala lain keracunan Pb.
4)      Anemia sideroblastik : terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.

c. Terapi
     Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :
1)      Terapi kausal : tergantung penyebabnya, misalnya : pengobatan cacing tambang. Pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali .
2)      Pemberian preparat besi untuk mengganti kekuranagan besi dalam tubuh
a)      Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif,  murah, dan aman. Preparat yang tersedia, yaitu :
Ø  Ferrous sulphat (sulfas ferrous) : preparat pilihan pertama ( murah dan efektif ). Dosis : 3x 200 mg.
Ø  Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate, harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.
b) Besi parenteral : efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih   mahal. Indikasi, yaitu :
ü  Intolerasi oral berat
ü  Kepatuhan berobat kurang
ü  Kolitis ulserativa
ü  Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir )
3)      Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
4)      Pemberian preparat Fe : pemberian preparat besi (ferosulfat/ ferofumarat/ferolukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
5)      Bedah: untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum meckel.
6)      Suportif: makanan gizi seimbang terutama yang mengadung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam kacang-kacangan).
d. Pencegahan Primer ADB
1)      Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
2)      Menunda pemberian susu sapi sampai 1 tahun.
3)      Menggunakan sereal/tambahan makanan yang difortifikasi (diberi tambahan suplemen besi) tepat waktu yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun.
4)      Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh, fosfat dan fitrat pada makanan.
5)      Menghindari minum susu berlebihan dan meningkatkan makanan yang mengandung kadar besi yang berasal hewani.
6)      Meningkatkan kebersihan lingkungan.
       

2.5 PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT

Peran dan fungsi bidan dalam menangani anemia defisiensi besi dapat dirinci sebagai berikut:
1)      Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga, mencakup:
a.       Mengkaji kebutuhan asuhan kebidaanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi/balita supaya makanan dan minuman bayi/balita sesuai sehingga dapat mencegah terjadinya ADB.
b.      Menentukan daignosis dan prioritas masalah dalam mencegah ADB pada bayi/balita.
c.       Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d.      Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e.       Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan .
f.       Membuat rencana tindak lanjut dalam mencegah ADB.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan.
2)      Peran sebagai pendidik, bidan memiliki tugas-tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi masyarakat serta pelatih dan pembimbing kader guna mecegah ADB.
a.       Memberi pendidik dan penyuluh kesehatan pada klien bidan memberi pendidik dan penyuiluh kesehatan kepada klien  (individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga supaya terhindar dari ADB.
b.      Mengkaji kebutuhan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga dalam menangani ADB.
c.       Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien yang berkaitan dengan kasus atau penyakit yang dihadapi.
d.      Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan tentang ADB sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.       Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsur-unsur terkait, termasuk klien.
f.       Mengevaluasi hasil pendidik/penyuluhan kesehatan bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki serta meningkatkan program dimasa yang akan datang.
g.      Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidik/penyuluhan dalam menghadapi ADB secara lengkapserta sistematis, sehingga untuk kedepannya dapat lebih baik.

2.6 KOMPLIKASI

Komplikasi penyakit yang dapat ditimbulkan oleh penderita Anemia Defesiensi Besi berat dan lama dapat menyebabkan gagal jantung, tranfusi darah berulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi sehingga ditimbun dalam berbagai organ ( hepar, limpa, kulit, jantung ) hemokromatosis, limpa yang besar mudah ruptur kadang disertai tanda hipersplenisme seperti leukopenia dan trombositopenia. Seperti pada anemia yang lain apabila anemianya berat maka akan timbul komplikasi pada sistem kardiovaskuler berupa dekompensatio cordis. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah komplikasi dari traktus gastrointestinal berupa keluhan epigastric distress atau stomatis.





Menopause, Andropause, TSH



BAB I
PEMBAHASAN

A.    MENOPAUSE
1.      Pengertian Menopause
Menopause berasal dari kata mens yang artinya siklus menstruasi dan pausis yang berasal dari bahasa Yunani yang artinya penghentian. Dapat disimpulkan secara singkat menopause merupakan masa berhentinya siklus mentruasi seorang wanita.
Menopause dalam bahasa biologis merupakan akhir dari siklus menstruasi seorang wanita yang terjadi di pertengahan usia empat puluh tahun keatas. Selama masa transisi ini, ovarium mulai melemah sehingga tingkat gairah seksual pun semakin menurun secara alami dari hormon esterogen dan progesteron. Hormon estrogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi yakni saat indung telur mulai melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan mengembangkan payudara wanita serta rahim. Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tingkat kesehatan wanita baik fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi menstruasi dan mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
Ketika menopause sudah mendekat, bukan hal yang aneh jika menstruasi tidak datang selama beberapa bulan. Sekitar 80 % wanita mulai mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, namun hanya 10 % saja wanita berhenti menstruasi sama sekali tanpa disertai ketidakteraturan siklus yang berkepanjangan sebelumnya.

2.      Patologi Menopause
Pada umumnya orang lebih senang menggunakan istilah Menopause, meskipun istilah tersebut kurang tepat, karena menopause hanya merupakan kejadian sesaat saja, yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat digunakan adalah klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Disebut pascamenopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium. Senium adalah pascamenoupouse lanjut, yaitu setelah usia 65 tahun.
Klimakterium dibagi dalam beberapa fase :
1)      Pramenopause
Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini di tandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah yang relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenoreae). Pada wanita tertentu telah timbul keluhan vasomotorik dan keluhan sindrome prahaid atau sindrome pramenstrual (PMS).
2)      Perimenopause
Perimenopouse merupakan fase peralihan antara pramenopuse dan pascamenopuse. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya >38 hari, dan sisanya <18 hari, Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik.
3)      Menopause
Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal, pada usia perimenopause perdarahan terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak mengalami keluhan klikmaterik. Kita tidak pernah tahu kapan wanita tersebut memasuki usia menopause. Untuk menentukan diagnosa menopause, pil kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol.



Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mIU/ml). Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar Estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause.
4)      Pascamenopause
Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat.
Peningkatan hormon gonadotropin ini disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup dan inhibin inilah menekan sekresi FSH bukan sekresi LH. Akibat rendahnya kadar estradiol, endometrium menjadi atropik dan tidak mungkin muncul haid lagi.

3.      Etiologi menopause
Faktor genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Usia pertama haid, melahirkan pada usia muda, maupun berat badan tidak terbukti  mempercepat datangnya menopause.
Faktor yang mempercepat menopause :         
1)      Wanita kembar dizigot
2)      Wanita yang nulipara
3)      Perokok berat
4)      Kurang gizi
5)      Wanita vegetarian
6)      Wanita dengan sosioekonomi rendah
7)      Wanita yang hidup pada ketinggian >4000 m


Faktor yang memperlambat menopause :
1)      Wanita yang multipara
2)      Wanita yang banyak mengkonsumsi daging
3)      Minum alcohol

4.      Perubahan yang terjadi terhadap wanita menopause :
Perubahan fisik :
1)       Ketidakteraturan Siklus Haid
Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Normalnya haid akan berakhir setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu atau lebih.
2)      Gejolak Rasa Panas ( hot flashes )
Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-benar berhenti.  Munculnya hot flashes ini sering diawali pada daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang serius bahkan menjadi depresi.
3)      Kekeringan Vagina
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. 

4)       Perubahan Kulit
Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.
5)      Sulit Tidur
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
6)      Kerapuhan Tulang
Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum dan merupakan persoalan bagi wanita yang telah menopause. Menurunnya kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan. Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan  menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.
Perubahan psikologis :                                                                                                            
1)      Ingatan Menurun
2)      Kecemasan, dibagi menjadi :
a.       Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah, perasaan sangat tegang.
b.      Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
c.       Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
d.      Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif.
e.       Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar.
3)      Stress dan depresi, dibagi menjadi :
a.       Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
b.      Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
c.       Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
d.      Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis, mengeluh.
e.       Reaksi-reaksi biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.

5.      Tanggapan / reaksi wanita terhadap datangnya masa menopause :
1)      Reaksi pasif : pasrah / menerima keadaan ini dengan baik
2)      Reaksi neurosis : reaksi yang ditimbulkan oleh penolakan datangnya masa ini, dan ditandai dengan timbulnya keluhan-keluhan seperti rasa cemas, tertekan / depresi serta mudah tersinggung
3)      Reaksi hiperaktif : reaksai penolakan dengan seolah-olah mengabaikan datangnya masa ini dengan cara meningkatkan perhatian pada pekerjaan dan hobi serta tidak setuju pada keluhan-keluhan lain
4)      Reaksi adekuat : rekasi wajar yang diberikan wanita yang memasuki masa ini, dan dialami oleh sebagian besar wanita





B.     ANDROPAUSE
1.      Pengertian Andropause
Andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, ‘andro artinya pria sedangkan ’pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah berhentinya fungsi fisiologis pada pria. Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan cara yang relative mendadak, namun pada pria penurunan produksi sperma, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya sedemikian perlahan. 
 
2.      Mekanisme terjadinya Andropause
 Mekanisme terjadinya andropause adalah karena menurunnya fungsi sistem reproduksi pria, yang selanjutnya menyebabkan penurunan kadar testosteron sampai dengan dibawah angka normal. Hormon yang turun pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan multi hormonal yaitu penurunan hormon DHEA, DHEAS, Melantonin, Growth Hormon, dan IGFs ( Insulin like growth factors ).

3.      Gejala dan tanda yang timbul pada andropause :
1)      Gangguan vasomotor : tubuh terasa panas, berkeringat, insomnia, rasa gelisah dan takut.
2)      Gangguan fungsi kognitif dan suasana hati : mudah lelah, menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental, keluhan depresi, hilangnya rasa percaya diri dan menghargai diri sendiri.
3)      Gangguan virilitas : berkurangnya tenaga, menurunnya kekuatan massa otot, kehilangan rambut tubuh, penumpukan lemak pada daerah abdominal dan osteoporosis.
4)      Gangguan seksual : menurunnya minat terhadap seksual / libido, perubahan tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi / disfungsi ereksi / impotensi, berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi
Umumnya andropause dimulai pada umur 50-60 tahun. Keluhan atau gejala-gejala pada andropause tidak terjadi sekaligus dan bisa terjadi pada umur yang sangat bervariasi. Perubahan hormonal dan biokimiawi tubuh secara pasti akan terjadi dengan bertambahnya usia, tetapi tidak semua pria akan mengalami keluhan andropause.

4.      Etiologi Andropause
Penurunan hormon pada andropause terjadi secara perlahan sehingga sering kali tidak menimbulkan gejala. Keluhan baru timbul jika ada penyebab lain yang mempercepat penurunan hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya.
Beberapa penyebab tersebut antara lain :
1)      Faktor lingkungan :
a.       Bersifat fisik : bahan kimia yang bersifat estrogenik yang sering digunakan dalam bidang pertanian, pabrik dan rumah tangga.
b.      Bersifat psikis : suasana lingkungan (tidak erotis), kebisingan dan perasaan tidak nyaman.
2)      Faktor organik ( Perubahan hormonal ) : penyakit-penyakit tertentu dapat menyebabkan perubahan hormonal yang dapat mempercepat penurunan hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya. Penyakit tersebut antara lain : diabetes mellitus, varikokel ( pelebaran pembuluh darah testis ), prostatitis kronis ( infeksi pada prostat ), kolesterol yang tinggi, obesitas.
3)      Faktor psikogenik : penyebab psikogenik sering dianggap sebagai faktor timbulnya berbagai keluhan andropause setelah terjadi penurunan hormon testosteron.

5.      Penatalaksanaan Andropause
Penatalaksanaan andropause terutama ditujukan agar penderita dapat mengurangi keluhan maupun penderitaan saat memasuki usia tua. Di dalam pencegahan, faktor psikologis tampaknya mempunyai peran yang sangat penting. Disamping itu memperbaiki faktor psikologis yang terganggu mempunyai arti penting pula dalam mempertahankan kesehatan secara umum. Selain faktor psikologis, para pria perlu juga menjaga kebugaran jasmani dan menerapkan pola hidup sehat.
Pengobatan utama andropause saat ini adalah pemberian hormon pengganti. Walaupun hormon yang menurun pada andropause terdiri dari bermacam-macam hormon, namun pemberian hormon multiple saat ini belum lazim dilakukan dan masih dalam tahap penelitian. Pengobatan yang dilakukan hanyalah pemberian hormon testosteron. Pemberian hormone testosteron ini dilakukan dengan hati-hati karena dikhawatirkan akan menimbulkan manifestasi seperti kanker prostat, walaupun penelitian terakhir membuktikan tidak ada korelasi langsung antara testosteron dengan kanker prostat. Untuk menghindari resiko tersebut maka sebelum dilakukan pemberian hormon testosteron, pada penderita perlu dilakukan pemeriksaan rectal (anus) dan PSA (Prostat Spesific Antigent). Pemeriksaan tersebut disarankan tiap tiga bulan  selama pengobatan testosteron.

C.     TERAPI SULIH HORMON
1.      Pengertian Terapi Sulih Hormon
Terapi Sulih Hormon (TSH) atau hormon replacment therapy (HRT) adalah pemberian terapi penggantian hormon untuk menggantikan hormon yang kurang kadarnya karena tidak diproduksi secukupnya lagi akibat kemunduran fungsi organ-organ endokrin hormon. TSH dapat meringankan penderitaan tidak hanya pada wanita dewasa yang mengalami menopause alami, tetapi juga di wanita muda yang mungkin mengalami menopause prematur untuk alasan medis, seperti kanker atau sebab kelainan ovarium yang berhenti menghasilkan estrogen.

Sebagai tambahan dalam mengurangi gejala menopause, TSH memiliki banyak keuntungan dan bahkan proteksi dari penyakit tertentu, termasuk osteoporosis, penyakit jantung, dan stroke. Studi medis yang sedang berjalan telah menunjukkan bahwa menggunakan TSH dalam jangka panjang itu tidak selalu berguna, dan dalam beberapa peristiwa ini mungkin sebenarnya menaikkan resiko kanker, serangan jantung, dan penyakit lain.

2.      Tujuan pemberian TSH
1)      Untuk mendapatkan hormon yang hilang saat menopause
2)      Mengurangi dan mengatasi keluhan yang menyertai menopause seperti keluhan psikologis, keluhan somatik serta keluhan vasomotorik
3)      Untuk mempertahankan serta meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup wanita usia lanjut
4)      Pencegahan gejala yang mengakibatkan osteoporosis, penyakit jantung koroner, dan perdarahan otak

3.      Tujuan konseling pada penggunaan TSH :
1)      Memberitahukan klien bahwa HRT dapat mengurangi atau mengatasi keluhan pada saat menopause
2)      Dapat mencegah dampak kekurangan esterogen dalam jangka waktu yang panjang
3)      Dapat meningkatkan kualitas hidup





4.      Wanita yang direkomendasikan untuk diberi TSH :
1)      Semua wanita klimakterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk pencegahan ( meskipun tanpa keluhan )
2)      Semua wanita yang memiliki resiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
3)      Semua wanita dengan keluhan klimakterik
Untuk dapat menilai keluhan klimakterik dapat digunakan skala klimakterik green atau menopause rating scale ( MRS ). Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu:
1)      Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan, sulit tidur, mudah tersinggung, mudah panik, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat pada banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis
2)      Keluhan somatik berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagian tubuh terasa tertusuk duri, sakit kepal, nyeri otot atau persendian tangan atau kaki terasa gatal, dan kesulitan bernapas.
3)      Keluhan vasomotor berupa gejolak panas ( hot flushes ) dan berkeringat di malam hari

5.      Kontra indikasi TSH :
1)      Mutlak : tromboemolisme ( trombosis ), anemia sel sabit, penyakit cerebro, hipertensi berat, uji fungsi hati seletah hepatitis abnormal, gangguan enzim
2)      Relatif : penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal, TBC, kanker payudara, fibroadenasis, migran, dan epilepsi





6.      Efek samping pemberian TSH :
Efek samping umum :
1)      Mual
2)      Sakit kepala
3)      Perdarahan
4)      Deperesi dan perubahan emosi
5)      Nyeri tekanan pada payudara
6)      Perut kembung
7)      Siklus menstruasi yang berkepanjangan dan kegagalan untuk mengurangi gejala-gejala.
Efek samping khusus (esterogen) :
1)      Kanker payudara
Resiko kanker payudara meningkat secara signifikan jika penggunaan terapi sulih hormon dilakukan dalam waktu lama. Resiko kanker payudara semakin besar jika terapi sulih hormone berlangsung lebih dari 10 tahun.
2)      Kanker rahim
Penelitian-penelitian klinis pada saat ini sudah mencapai konfirmasi bahwa terapi hormonal dapat menyebabkan kanker rahim. Risiko ini dapat diperkecil dengan memberikan hormon progesteron selama 12 hari setiap siklus menstruasi.
3)      Tromboplebitis
4)      Pendarahan bercak




5)      Problem kantung empedu
Problem ini banyak dijumpai pada perempuan yang menggunakan terapi hormonal dalam jangka panjang.
6)      Tekanan darah tinggi
Terapi sulih hormon dahulu diduga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah namun penelitian terkini menyimpulkan, pada dasarnya terapi ini tidak menyebabkan naiknya tekanan darah, sehingga aman bagi wanita penderita tekanan darah tinggi, asalkan tekanan darahnya dipantau secara saksama.
Selain itu efek samping yang akan sering dijumpai jika sediaan progesteron digunakan bersamaan dengan sediaan estrogen, sebagian besar akan mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya siklus menstruasi. Efek sampingan yang mungkin dialami para wanita pengguna terapi hormon di antaranya mual, payudara menjadi lebih besar dan lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih gemuk. Efek itu mungkin akan semakin berkurang seiring dengan lamanya masa terapi. Sedangkan efek sampingan yang agak jarang dijumpai, antara lain kekurangan dorongan untuk berhubungan intim, depresi, perdarahan di tengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada dan persendian (kaki).









BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Menopause merupakan akhir dari siklus menstruasi seorang wanita yang terjadi di pertengahan usia empat puluh tahun keatas. Sedangkan andropause adalah kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Umumnya andropause dimulai pada umur 50-60 tahun.
Menopause maupun andropause memiliki gejala-gejala yang apabila tidak dilakukan penatalaksanaan yang baik maka gejala-gejala tersebut akan terasa lebih berat.
Untuk mengurangi gejala-gejala menopause maupun andropause dapat dilakukan dengan cara pemberian terapi sulih hormon.