1.1 Pengertian
Servisitis
ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Epitel selaput lendir
cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena
infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah
oleh adanya robekan serviks.
a.
Infeksi non
spesifik dari serviks
b.
Erosi ringan
( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler (
kistik )
c.
Biasanya
terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan, terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah
leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat
hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan
setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Penyembuhan
servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan
merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
1.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti Trikomonas
vaginalis, Kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina
seperti Streptococcus, Enterococus, Entamoeba coli, dan Stapilococus. Kuman-kuman
ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Servisitis
dapat juga disebabkan oleh robekan serviks
terutama yang menyebabkan ectropion, alat kontrasepsi, tindakan intrauterine
seperti dilatasi, dan lain-lain.
1.3 Patofisiologi
Penyakit
ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka
kecil atau besar pada cerviks karena partus atau abortus sehingga memudahkan
masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan
infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis yang dapat ditemukan:
a.
Serviks kelihatan normal pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Servisitis ini tidak
menimbulkan gejala kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
b.
Portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas, sekret yang keluar
terdiri atas mukus bercampur nanah.
c.
Sobekan pada cerviks uteri lebih luas dan mucosa
endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan
demikian mudah terkena infeksi dari vagina, karena radang menahun, serviks bisa
menjadi hipertropis, mengeras, dan sekret bertambah banyak.
1.4
Klasifikasi
1. Servisitis Akut
Servisitis akut adalah infeksi yang diawali di
endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe dan pada infeksi post abortus atau post partum yang disebabkan oleh Streptoccocus,
Stapilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan
cairan mukopurulent.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya
dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi servisitis kronis. Servicitis
akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, dan ulserasi
epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Servisitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual,
umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes
simpleks. Servisitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya
gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2. Servisitis Kronis
Servisitis kronis dijumpai pada wanita
yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus
abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri
dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma
dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista
kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan
histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh
karena itu, servisitis kronis sulit
ditentukan secara patologis, keberadaan
kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan
seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis di dalam spesimen biopsy dianggap penting
untuk memastikan diagnosis servisitis
kronis.
Servisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis
endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran
kelenjar yang
menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan
mikroskopik, istilah servisitis
folikular terkadang digunakan. Secara klinis, servisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan, namun servisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal dan beberapa kasus
fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis yang
menimbulkan inferilitas.
1.5 Gejala
Klinis
a.
Keputihan hebat,
biasanya kental dan berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak
seperti daerah merah menyala. Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar
dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa
kanalis servikalis tampak dari luar) maka harus diingat kemungkinan gonorroe.
b.
Gejala-gejala
non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.
1.6 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1.
Usia
2.
Jumlah
perkawinan
3.
Hygiene dan
sirkumsisi
4.
Status
sosial ekonomi
5.
Pola seksual
6.
Terpajan
virus terutama virus HIV
7.
Merokok
1.7 Tanda dan Gejala
2.
Perdarahan
3.
Keputihan
yang berbau
4.
Cepat lelah
5.
Kehilangan
berat badan
6.
Anemia
1.8 Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau
puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pasca koitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas, dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan
anemia. Pada pemeriksaan fisik, serviks
dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik
maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus
dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari
biopsi.
1.9 Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2
tahun.
1.10 Pemeriksaan Penunjang
1.
Sitologi
Sitologi dengan cara test pap smear merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks.
Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ)
dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50%
sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan
hasil positif palsu sebesar 3-15%.
1.11
Pengobatan
Luka
yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya harus segera diatasi,
salah satunya dengan terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Rasa nyeri
diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi
retensi urin pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.