Friday 31 January 2014

servisitis

1.1 Pengertian
Servisitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks.
a.       Infeksi non spesifik dari serviks
b.      Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
c.       Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan, terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.

1.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti Trikomonas vaginalis, Kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti Streptococcus, Enterococus, Entamoeba coli, dan Stapilococus. Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kronik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Servisitis dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.

1.3 Patofisiologi
            Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besar pada cerviks karena partus atau abortus sehingga memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis yang dapat ditemukan:
a.       Serviks kelihatan normal pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala kecuali pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.
b.      Portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas, sekret yang keluar terdiri atas mukus bercampur nanah.
c.       Sobekan pada cerviks uteri lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina, karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis, mengeras, dan sekret bertambah banyak.

1.4 Klasifikasi
     1.  Servisitis Akut
Servisitis akut adalah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe dan pada infeksi post abortus atau post partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stapilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi servisitis kronis. Servicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Servisitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Servisitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.


2.  Servisitis Kronis
Servisitis kronis dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, servisitis kronis sulit ditentukan secara patologis, keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis di dalam spesimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis servisitis kronis.
Servisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah servisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, servisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan, namun servisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis yang menimbulkan inferilitas.

1.5 Gejala Klinis
a.       Keputihan hebat, biasanya kental dan berbau, sering menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar) maka harus diingat kemungkinan gonorroe.
b.      Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.

1.6  Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1.      Usia
2.      Jumlah perkawinan
3.      Hygiene dan sirkumsisi
4.      Status sosial ekonomi
5.      Pola seksual
6.      Terpajan virus terutama virus HIV
7.      Merokok

1.7  Tanda dan Gejala
2.      Perdarahan
3.      Keputihan yang berbau
4.      Cepat lelah
5.      Kehilangan berat badan
6.      Anemia

1.8  Manifestasi Klinis
            Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pasca koitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas, dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan fisik, serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.



1.9 Prognosis
            Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

1.10 Pemeriksaan Penunjang
1.      Sitologi
Sitologi dengan cara test pap smear merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

1.11 Pengobatan
            Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya harus segera diatasi, salah satunya dengan terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas. Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila terjadi retensi urin pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.


No comments:

Post a Comment