
Tujuan
Instruksional Umum
Memahami
pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi.
Tujuan
Instruksional Khusus
1.
Melaksanakan
inisiaisi menyusu dini.
2.
Memahami
pengertian ASI eksklusif.
3.
Memahami
manfaat ASI eksklusif.
4.
Memahami
kandungan ASI.
5.
Memahami
cara memperbanyak ASI.
6.
Memahami
cara menyusui yang benar.
7.
Memahami
cara penyimpanan ASI yang benar.
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan
yang paling baik untuk tumbuh kembang bayi terutama bagi bayi baru lahir sampai
dengan umur 6 bulan. Menurut Rohani, dkk (2001:263),”prinsip menyusu/pemberian
ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif.” Pemberian ASI awal
dilakukan segera setelah bayi lahir yang disebut dengan inisiasi menyusu dini
(IMD). Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu asuhan pada bayi baru lahir
sebelum dilakukan pemberian vitamin K, obat tetes mata antibiotik, dan
imunisasi hepatitis B. Pada inisiasi menyusu dini, bayi dibiarkan untuk mencari
puting susu ibunya tanpa bantuan dari ibu atau bidan. Inisiasi menyusu dini
merupakan langkah awal dari tindakan pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif
adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan apapun
sampai dengan umur 6 bulan. Manfaat pemberian ASI eksklusif adalah sebagai
nutrisi bagi bayi, sebagai daya tahan tubuh bayi, meningkatkan jalinan kasih
sayang antara ibu dan bayi, penghematan biaya obat-obatan, dan menciptakan
generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas. Bayi yang diberikan ASI
eksklusif tidak mudah terkena penyakit karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh.
Zat kekebalan tubuh yang terdapat dalam ASI adalah sebagai berikut.
1.
Faktor
bifidus yang berfungsi membantu proses perkembangan bakteri menguntungkan dalam
usus bayi dan menekan perkembangan bakteri merugikan.
2.
Laktoferin
yang berfungsi mengikat zat besi di dalam ASI agar zat besi tidak digunakan
oleh bakteri yang merugikan untuk
perkembangannya.
3.
Zat
anti alergi.
4.
Zat
anti virus polio.

Bayi yang diberikan ASI eksklusif secara
benar tidak akan merasa lapar meskipun tidak ada tambahan cairan atau minuman
yang diberikan kepada bayi karena komposisi yang terkandung di dalam ASI sudah
mencukupi kebutuhannya sampai dengan umur 6 bulan. Komposisi yang terkandung di
dalam ASI berubah sesuai dengan kebutuhan bayi setiap harinya. Menurut Sitti
Saleha (2009:18),”air susu ini memiliki tiga stadium yang terdiri atas
kolostrum, air susu transisi/peralihan, dan air susu matur (mature).”
1.
Kolostrom
Kolostrom
adalah cairan yang dikeluarkan pada hari ke-1 sampa hari ke-3 yang berwarna
kekuning-kuningan, kental, dan apabila dipanaskan akan menggumpal. Kolostrom
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan sisa mekonium dari usus bayi
dan mempersiapkan saluran pencernaan bagi makanan yang akan datang. Kolostrom
lebih banyak mengandung mineral, karbohidrat, protein dan antibodi untuk
memberikan perlindungan bagi bayi.
2.
ASI
peralihan
ASI
peralihan merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matang. Air
susu ini dikeluarkan dari hari ke-4 sampai hari ke-7. Kadar protein pada ASI
peralihan munurun sedangkan kadar karbohidrat dan lemak meningkat.
3.
ASI
matang
ASI
matang merupakan air susu yang dikeluarkan dari hari ke-10 dan seterusnya. ASI
batang berwarna putih kekuningan dan tidak akan menggumpal bila dipanaskan. Di
dalam ASI matang terdapat zat antimikrobakterial sperti antibodi, protein, dan hormon-hormon.
Menurut
Sarwono Prawirohardjo (2009:376),”ASI yang keluar pada permulaan menyusu (foremilk=susu awal) berbeda dengan ASI
yang keluar pada akhir penyusuan (hindmilk=susu
akhir).” ASI yang keluar pada akhir penyusuan banyak mengandung lemak yang
berguna sebagai energi untuk bayi.
Untuk memperbanyak ASI, seorang ibu
dianjurkan untuk menyusui bayinya setiap 2 jam selama 10-15 menit atau sesering
mungkin, tidur bersebelahan dengan bayi, menyusui di tempat yang nyaman dan
membuka pakaian bayi yang membuat panas. Selama menyusui, seorang ibu harus
meningkatkan istirahat dan minum. Agar bayi menelan secara aktif, seorang ibu
harus menyusui bayinya dengan teknik yang benar. Pada saat menyusui, posisi ibu
duduk bersandar dan kakinya tidak boleh menggantung. Bayi berada di pangkuan
ibu, kepala bayi sejajar dengan badan bayi, kepala bayi diletakkan di siku ibu,
lengan tangan ibu menyangga badan bayi, telapak tangan ibu menyangga bokong
atau paha bayi kemudian bayi dihadapkan ke dada ibu sehingga mulut bayi dekat
dengan puting susu dan perut bayi menempel pada perut ibu. Sebelum mulai
menyusui bayi, ibu jari dan jari telunjuk ibu memeras ASI sampai keluar 2-3
tetes lalu mengoleskan ke puting susu sampai dengan areola secara melingkar.
Setelah itu, ibu jari ibu berada di atas puting susu, empat jari berada di
bawah puting susu dan menempelkan puting susu di bibir bayi atau di pipi bayi
sampai mulut bayi terbuka lebar dan bayi siap untuk menghisap puting susu ibu.
Setelah ibu menyusui 10-15 menit atau sampai payudara kosong, bayi segera
disendawakan dengan cara meletakkan dagu bayi pada bahu ibu dan tangan ibu
menepuk-nepuk punggung bayi pelan-pelan atau bayi ditengkurapkan di pangkuan
ibu dan tangan ibu menepuk punggung bayi perlan-pelan. Dalam keadaan sedang
tidak menyusui, seringkali payudara terasa penuh. Payudara yang penuh dapat
diperas dengan tangan atau menggunakan pompa. Penyimpanan ASI di udara
terbuka/bebas dapat tahan 6-8 jam. Penyimpanan pada lemari pendingin dengan
suhu 4°C dapat tahan sampai dengan 24 jam, penyimpanan pada lemari pendingin
dengan suhu -18°C dapat tahan sampai dengan 6 bulan. AI yang telah didinginkan
tidak boleh direbus bila akan diberikan pada bayi karena akan merusak kandungan
di dalam ASI dan akan menurunkan kualitas unsur kekebalannya. ASI cukup
didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar atau dapat direndam di dalam wadah
yang berisi air panas yang telah disiapkan sebelumnya.
Seorang ibu yang bekerja tetap harus
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Selama cuti, ibu dianjurkan untuk terus
menyusui bayinya. Ketika sudah mulai bekerja, pola minum bayi harus diubah.
Sebelum berangkat kerja, ibu membiasakan diri untuk menyusui bayinya dan selama
di kantor, ASI diperas setiap 3-4 jam sekali kemudian disimpan di dalam lemari
pendingin untuk dibawa pulang. ASI yang sudah diperas tidak boleh diberikan
menggunakan dot karena akan membuat bayi bingung puting dan malas untuk
menghisap puting susu ibunya. ASI tetap diberikan menggunakan cangkir dan
sendok sedikit demi sedikit.
Pemberian ASI yang dianjurkan adalah
sebagai berikut.
ASI eksklusif
selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan bayi.
Dari 6-12 bulan
ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat memenuhi 60-70% kebutuhan
bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping ASI berupa makanan lumat sampai
lunak sesuai dengan usia bayi. Di atas usia 12 bulan ASI saja hanya memenuhi
sekitar 30% kebutuhan bayi dan makanan padat sudah menjadi makanan utama.
Namun, ASI tetap dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk
manfaat lainnya (Sarwono Prawirohaedjo, 2009:376).
Keberhasilan menyusui diperoleh dari
serangkaian kegiatan yang telah dilakukan sejak masa kehamilan sampai dengan
bayi lahir. Persiapan fisik dan psikologis ibu sebelum menyusui sangat berpengaruh
pada keberhasilan menyusui. Untuk persiapan psikologis, bidan perlu memberikan
dukungan kepada ibu menyusui agar ibu termotivasi untuk memberikan ASI kepada
bayinya karena keinginan untuk memberi ASI adalah faktor yang penting untuk
keberhasilan menyusui. Pengetahuan dan keterampilan bidan memberikan konseling
mengenai ASI eksklusif kepada seorang ibu akan sangat membantu ibu meningkatkan
rasa percaya dirinya bahwa setiap ibu mampu untuk menyusui bayinya. Kerja sama
yang baik antara ibu menyusui dan bidan akan mempermudah penerimaan ibu
terhadap penjelasan-penjelasan bidan mengenai ASI eksklusif.

Muslihatun,
Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Rohani,
dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa
Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Saleha,
Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sudarti
dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi
Keempat. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
No comments:
Post a Comment