Bab 1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan Piagam Ottawa (1986), “promosi kesehatan
adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.” Promosi kesehatan adalah program perubahan
perilaku masyarakat yang menyeluruh dalam konteks masyarakatnya, bukan hanya
perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya
(Victoria Health Foundation-Australia, 1997). Secara garis besar Lawrence Green
(1984) mengatakan bahwa promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi
pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan
organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. Kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku
yang menguntungkan kesehatan (Green and Ottoson, 1998).
Menurut Pusat Promosi Kesehatan, “promosi kesehatan adalah
proses pemberdayaan masyarakat
agar mampu memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatannya.”
Dengan promosi kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan determinan
kesehatan. Partisipasi merupakan sesuatu yang penting dalam upaya promosi
kesehatan. Promosi kesehatan merupakan proses komprehensif sosial
dan politik, bukan hanya
mencakup upaya peningkatan kemampuan dan
ketrampilan individual, tetapi
juga upaya yang bertujuan mengubah masyarakat, lingkungan, dan kondisi ekonomi,
agar dampak negatif terhadap kesehatan individu dan masyarakat dapat dikurangi.
Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan adalah program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam
masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Untuk mencapai
status kesehatan paripurna baik fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, setiap
individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi untuk
memenuhi kebutuhan dan mengubah atau mengantisipasi lingkungan. Promosi
kesehatan dapat dilakukan dengan optimal apabila dapat diketahui determinan
sosial yang berhubungan dengan perilaku kesehatan. Apabila determinan sudah
diketahui kemudian melakukan hubungan dengan klien yang baik untuk mencapai
kesehatan yang optimal dengan pendekatan-pendekatan promosi kesehatan.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apa saja determinan
sosial yang berkaitan dengan kesehatan?
b.
Bagaimana etika
promosi kesehatan dalam hubungan dengan klien?
1.3
Tujuan
Penulisan
a.
Untuk mengetahui
determinan sosial yang berkaitan dengan kesehatan.
b.
Untuk mengetahui
etika promosi kesehatan dalam hubungan dengan klien.
1.4
Manfaat
Penulisan
Makalah ini dibuat agar mahasiswa kebidanan memahami etika
promosi kesehatan dalam hubungan dengan klien dan mengetahui determinan sosial yang
berkaitan dengan kesehatan.
Bab 2 Pembahasan
A.
Determinan sosial
berkaitan dengan kesehatan
Dalam bahasa Inggris, kata health mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia yaitu sehat
atau kesehatan.sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari subjek, misalnya
anak sehat, ibu sehat, dan orang sehat. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang
sifat dari subjek, misalnya kesehtan manusia, kesehatan masyarakat, dan
kesehatan individu. Sehat dalam pengertian keadaan atau kondisi mempunyai
batasan yang bebeda-beda. Secara awam, sehat diartikan keadaan seseorang yang
dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kesehatan
sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah
dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, ”keadaan sempurna
baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat,
serta produktif secara ekonomi dan sosial. Hal ini berarti, kesehatan seseorang
tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga
diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan
sesuatu secara ekonomi.
Banyak sekali hal-hal yang
mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin tidak kita sadari bahwa
hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan. Kesehatan adalah hasil
interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (fisik dan psikis) maupun
faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik, politik, ekonomi,
pendidikan). Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan masalah-masalah
lain di luar masalah kesehatan itu sendiri. Menurut Henrik L. Blum (1974)
seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang memiliki pengaruh
besar terhadap kesehatan yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi.
1.
Faktor
perilaku masyarakat
Perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat
harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat
menuju sehat. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan
masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Beberapa
kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti berolah raga, tidur yang cukup, tidak merokok, dan tidak minum minuman beralkohol. Apabila kita mengembangkan
kebiasaan yang bagus dari sejak awal, hal tersebut berpengaruh positif terhadap
kesehatan tubuh. Sekali-kali
atau dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang lebih lama, kita bebas
melakukan kebiasaan-kebiasaan harian. Namun,
bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu keharusan agar
benar-benar sehat. Tubuh kita
memerlukan tidur yang cukup, olah raga,
dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan
kesejahteraannya.
2.
Faktor
lingkungan
Berbicara
mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat
menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini
jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola
dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya
menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak, untuk itulah perlu kesadaran dari semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada
lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan
orang lain sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin
dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah
kejiwaan.
3.
Pelayanan kesehatan
Kondisi
pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah
sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan
dan perawatan kesehatan terutama
untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga harus
ditingkatkan. Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
peranannya sebab di
puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan
primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan. Utamanya
program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat
tidaka banyak yang jatuh sakit. Banyak
kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah,
malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung koroner, stroke, diabetes mellitus asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat
dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4. faktor keturunan yang saling mempengaruhi
(genetik)
Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas
generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas
tinggi dalam membangun bangsanya. Dalam hal
ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan
otak anak yang menjadi aset kita dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status
gizinya kurang bahkan buruk padahal
potensi alam Indonesia cukup mendukung. Oleh sebab
itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat
masih tetap diperlukan seperti program posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW.
Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi
masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Ilustrasi konsep Blum
Semua negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga
kesehatan warga negaranya. Untuk negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu
dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi
yang berseberangan dialami Indonesia sebagai negara
agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada
penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya, banyak
masyarakat kota yang mengalami kekurangan gizi padahal dari
hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia potensial sebagai lahan pangan
dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung. Seringkali dalam analisis kesehatan, pemerintah
kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang
dibuat hanya dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Perilaku adalah resultan antarstimulus (faktor eksternal) dengan respon
(faktor internal)dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku
seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oelah faktor-faktor baik dari
dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku
ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada tiga teori yang
sering menjadi acuan dalam penelitian kesehatan.
1.
Teori Lawrence Green
Ada dua determinan
masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factor) dan faktor
nonperilaku (non-behavioral factor). Faktor-faktor tersebut ditentukan
oleh tiga faktor utama.
a.
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antgara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai,
dan tradisi. Misalnya, seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu karena tahu
bahwa di posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui
pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh imunisasai untuk pencegahan penyakit,
dan sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin
tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
b.
Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) yaitu
faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku serta
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin dalah saran dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu,
rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga,
makanan bergizi, uang dan sebagainya. Misalnya, sebuah keluarga yang sudah tahu
masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk menggunakan iar bersih, buang
air besar di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi apabila
keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua maka dengan
terpaksa buang air besar di kali atau kebun, menggunakan air kali untuk
keperluan sehari-hari, makan seadany, dan sebagainya.
c.
Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang,
meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperlaku sehat, tetapi tidak
melakukannya, seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat
rumahnya ada polindes, dekat dengan bidan, tetapi dia tidak mau melakukan
periksa hamil karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa
hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku
sehhat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.
2.
Teori Snehandu B. Karr
Mengidentisikasi
adanya lima determinan perilaku yaitu :
a.
Adanya niat (intention) seseorang untuk
bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya orang
mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya apabila dia mempunyai niat untuk
itu.
b.
Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social
support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang
tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila
perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,
maka dia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula untuk berperilaku
sehat, orang memerlukan dukungan dari masyarakat sekitarnya, minimal tidak
mendapat gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
c.
Terjangkaunya informasi yaitu tersedianya
informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang.
Misalnya, sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga
ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana yaitu tujuan
ber KB, bagaimana cara ber KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), efek
samping dari KB yang digunakan, dan sebagainya.
d.
Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih
terbatas, terutama di pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih
sangat tergantung pada suami. Misalnya, untuk membawa anaknya yang sakit ke
puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk
periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalu
suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
e.
Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action
situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan
situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik
fasilitas yang tersedia serta kempuan yang ada. Untuk membangun rumah yang
sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang
bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak da masalah, tetapi apabila
kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tesebut tidak akan
terjadi.
3.
Teori Perilaku menurut WHO
Ada empat determinan
yaitu
a.
Pemikiran dan perasaan (thought and feeling)
yang merupakan hasil pemikiran-pemikran dan perasaan-perasaan seseorang, atau
lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau
stimulasi, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Misalnya,
seorang ibu akan membawa anaknya ke puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan
didasarkan pertimbangan untung rugunya, manfaatnya, dan sumber daya atau
uangnya yang tersedia.
b.
Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau
pribadi yang dipercaya (personal references). Di dalam masyarakat, di
mana sikap peternalistik masih kuat maka perubahan perilaku masyarakat
tergantung dari perilaku acuan atau referensi yang pada umunya dalah para tokoh
masyarakat setempat. Misalnya, orang mau mebangun jamban keluarga kalau para
tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu mempunyai jamban keluarga sendiri.
c.
Sumber daya (resources) yang tersedia
merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau
dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini dalah saba dengan enabling
factors (sarana dan prasarana atau fasilitas). Misalnya, sebuah keluarga
akan selalu menyediakan makanan yang bergizi bagi anak-anaknya apabila
mempunyai uang yang cukup untuk memebeli makanan tersebut, dan orang mau
menggosok gigi menggunakan pasta gigi kalau mampu membeli sikat gigi dan sikat
gigi.
d.
Sosiobudaya (culture) yang merupakan faktor
eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Sosiobudaya setempat biasanya
sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari
perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang
masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda-beda.
Kini makin disadari kesehatan dipengaruhi oleh determinan
sosial dan lingkungan, fisik, dan biologi. Ada sepuluh determinan sosial yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
1.
Kesenjangan sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya
sangat rentan dan beresiko terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang
rendah.
2.
Stres
Stres merupaka keadaan psikologis/jiwa yang labil.
Kegagalan menanggulangi stres baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
lingkungan kerja akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
3.
Pengucilan sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan
menghasilkan perasaan tidak nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan
mempengaruhi kesehatan fisik maupaun mental.
4.
Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang
baik pada awal kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental,
dan kemampuan intelektual masa dewasa.
5.
Pekerjaan
Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap
penyakit dan kematian. Syarat-syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu
meningkatnkan derajat kesehatan.
6.
Pengangguran
Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan
pekerjaan yang mantap akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi diri
dan keluarganya.
7.
Dukungan sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan
serta kekerabatan yang baik dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
8.
Penyalahgunaan
napza
Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk kondisi
kesehatan, keselamat dan kesejahteraan. Napza atau pemakaian narkoba, alkohol,
dan merokok akan memberika dampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
9.
Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga
untuk pangan, serta cara makan berpengaruh terhadap kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak
terhadap kesehatan dan penyakit.
10.
Transportasi
Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara,
meningkatkan aktivitas fisik yang memadai akan baik bagi kebugaran dan
kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu berkendara dan jumlah kendaraan akan
mengurangi polusi pada manusia.
Di samping determinan-determinan tersebut, masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan
seseorang, kelompok atau masyarakat. Determinan-determinan
yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau
masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa Charter ) disebut prasyarat
untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9 faktor, yaitu:
1.
Perdamaian atau keamanan ( peace)
2.
Tempat tinggal (shelter)
3. Pendidikan
(education)
4.
Makanan ( food )
5. Pendapatan
(income)
6.
Ekosistem yang stabil dan seimbang (a
stable eco-sistem)
7.
Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable
resources)
8.
Keadilan sosial (social justice)
9.
Pemerataan (equity)
B.
Hubungan dengan
klien
Pendidikan pasien merupakan hubungan terapeutik yang harus difokuskan
terhadap kebutuhan spesifik klien. Klien memiliki nilai yang unik, kepercayaan
atau agama, kemampuan kognitif, dan pilahan cara untuk belajar untuk
mempengaruhi hasil akhir dari proses pendidikan pasien. Oleh karena itu,
seorang bidan haruslah mengizinkan klien untuk berbagi atau sharing mengenai apa yang menjadi apa
yang menjadinkepercayaannya dan apa yang menjadi pilihannya. Dengan begitu,
bidan akam mengerti lebih baik lagi tentang keunikan setiap individu dan
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh klien pada saat proses belajar berlangsung.
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal
ini ditunjukkan dengan pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah
perilaku masyarakat menuju hidup bersih
dan sehat. Program
promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS atau promosi higiene merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular melaui pengadopsian
perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang
diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan
program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V, dkk. 1997; UNICEF, WHO). Program promosi PHBS harus dilakukan secara
profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen
terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan
benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Bab 3 Penutup
Kesimpulan
Untuk
mencapai status kesehatan yang optimal, baik
fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus
mampu mengidentifikasi setiap aspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah
atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari bukan sekedar
tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan
personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang
buruk dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan
cara memperbaiki 4 aspek utama determinan kesehatan, yaitu faktor keturunan yang saling mempengaruhi, faktor lingkungan, faktor perilaku dan
faktor pelayanan kesehatan serta memperhatikan
determinan sosial yang berkaitan dengan kesehatan dan melakukan promosi
kesehatan dengan menjalin hubungan dengan klien yang baik.
Saran
Melihat kondisi kesehatan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Mengingat wilayah Indonesia sangat
luas, dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan mengembangkan program kesehatan
masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga tahap perubahan menuju
masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian
kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya merupakan milik dan
tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan, pemberdayaan
dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu sangatlah
penting di dalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju
masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat semaksimal mungkin.
hai kak...:) informasi nya sangat bagus...saya boleh tau itu sumber nya dari apa saja ??? tolong bantuan nya untuk menunjang skripsi saya..terima kasih
ReplyDelete