Wednesday 1 May 2013

Emboli Air Ketuban


BAB 1 LANDASAN TEORI
1.1.  Pengertian
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernapasan yang akut dan syok. 25 % wanita yang menderita keadaan ini meninggal dunia dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis, diagnosis yang dibuat adalah syok obstetrik ,pendarahan postpartum atau edema pulmoner akut.
Emboli cairan ketuban ditemukan oleh Meyer pada tahun 1926 dari hasil pemeriksaan postmortem. Pada tahun 1947 diuraikan sindrom klinisnya oleh Steiner dan Lusbaugh. Mereka memperlihatkan bahwa masuknya cairan ketuban dalam jumlah yang cukup banyak secara mendadak ke dalam sirkulasi darah maternal akan membawa kematian (fatal).
Syok yang berat sewaktu persalinan selain oleh plasenta previa dan solusio plasenta dapat disebabkan pula oleh emboli air ketuban. Setelah air ketuban pecah ada kemungkinan bahwa air ketuban masuk ke dalam vena-vena tempat plasenta, endoservik atau luka lainnya (SC, luka ruptur).
Emboli air ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban. Air ketuban mengandung lanugo, vernik caseosa dan mekonium yang dapat menimbulkan emboli. Benda-benda halus ini menyumbat kapiler paru-paru dan menimbulkan infark paru-paru dan dilatasi jantung kanan. Emboli air ketuban dapat terjadi saat persalinan, baik normal maupun melalui operasi caesar. Pada saat persalinan, terdapat resiko untuk terjadinya emboli air ketuban karena banyak pembuluh darah balik yang terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyumbat pembuluh darah balik.
Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalah vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta. Ruputra uteri meningkatkan kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruptio plasenta merupakan peristiwa yang sering dijumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Sindrom ini mutlak jarang dijumpai. Pada kasus-kasus yang jelas, gambaran klinis sering dramatik. Gambaran klasik adalah seorang wanita yang berada dalam tahap akhir persalinan atau masa pospartum dini mulai kehabisan nafas, kemudian dengan cepat mengalami kejang dan kematian.

1.2.  Penyebab
Resiko masukknya cairan amnion berkaitan dengan terpaparnya sirkulasi maternal terhadap cairan amnion walaupun hanya sedikit. Masuknya cairan amnion dari uterus ke dalam saluran maternal dapat terjadi akibat robekan pada selaput ketuban. Masuknya cairan amnion melalui vena endoservik atau tempat perlekatan plasenta selama atau segera setelah persalinan. Kemungkinan masuknya cairan amnion ke dalam sirkulasi di  bawah tekanan juga dapat terjadi meskipun aktivitas uterus hipertonik yang terlihat dalam beberapa kasus merupakan akibat hipoksia uterus yang terjadi pada fase pertama, bukan sebagai prekusor kondisi tersebut. Hipertonus uterus terjadi sebagai respon terhadap kolaps kardiovaskuler dan mencegah masuknya cairan amnion ke dalam sirkulasi maternal, bukan memompa cairan amnion ke dalam sirkulasi maternal.
Barier antara sirkulasi maternal dan kantong amnion dapat rusak jika terjadi abrupsio plasenta yaitu saat dalam plasenta mengalami kerusakan. Prosedur seperti pemasanagan katater intrauterus dan perobekan selaput ketuban juga dapat mengakibatkan hal ini. Embolisme cairan amnion dapat terjadi selama seksio sesaria dan tidak dapat dicegah menggunakan seksio sesarea. Embolisme ini juga dapat terjadi berkaitan dengan ruptur atau perforasi uterus. Trauma dapat terjadi selama manipulasi intrauterus, seperti versi podalik internal. Kemungkinan masuknya cairan amnion ke dalam sirkulasi maternal juga dapat terjadi selama terminasi kehamilan. Embolisme cairan amnion merupakan kondisi yang sulit diprediksi dan sulit dicegah. Embolisme cairan amnion menyebabkan angka mortallitas maternal yang tinggi.

Faktor yang mempermudah terjadinya emboli adalah :
1.      Kontraksi atau his persalinan yang kuat setelah ketuban pecah
2.      Kelebihan dosis oksitosin
3.      Terbukanya pembuluh darah utrerus oleh seksio sesar
4.      Laserasi uterus
5.      Solusio plasenta
6.      Laserasi serviks

1.3.  Tanda dan gejala
Sesak napas yang tiba-tiba, sianosis, edema paru-paru, syok dan relaksasi otot-otot rahim dengan perdarahan post partum. Syok terutama disebabkan reaksi anapilaktis terhadap adanya bahan-bahan air ketuban dalam darah terutama emboli mekonium bersifat letal. Juga terjadi koagulopati karena disseminated intravascular clotting.

1.4.  Penatalaksanaan
Lebih dari 50 % pasien dengan emboli air ketuban mengalami kematian dalam 1 jam pertama dan 50 % pasien yang selamat akan mengalami gangguan pembekuan darah yang timbul sebagai perdarahan dari rahim atau dari luka operasi. Proses emboli air ketuban bisa berlangsung sangat cepat. Pada umumnya dalam 1 jam sesudah melahirkan, nyawa ibu yang mengalami emboli air ketuban tidak lagi bisa tertolong. Apalagi muncul secara tiba-tiba tanpa diduga sebelumnya dan proses berlangsung dengan cepat. Pada ibu bersalin kasus emboli air ketuban kematiannya mencapai 86 %. Wanita yang dapat bertahan hidup setelah menjalani resusitasi jantung paru seharusnya mendapat terapi yang ditujukan untuk oksigenasi dan membantu miokardium yang mengalami kegagalan. Tindakan yang menunjang sirkulasi serta pemberian darah dan komponen darah sangat penting dikerjakan.
Pada kasus-kasus yang berat tidak ada sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan, tujuan pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi pulmoner, peningkatan perfusi jaringan, peredaran bronchospasme, pengendalian perdarahan dan tindakan suportif umum.
Upaya preventif
1.      Perhatikan indikasi induksi persalinan
2.      Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak terlalu besar dan mengurangi masuk ke dalam pembuluh darah
3.      Saat SC, lakukan pengisapan air ketuban perlahan
Upaya Kuratif
1.      Memasang infuse dua tempat sehingga cairan segera dapat diberikan, untuk mengatasi syok
2.      Berikan O2 dengan tekanan tinggi sehingga dapat menambahkan Odalam darah
3.      Untuk paru-paru obat “spasmolitik” :
a.       Berikan antispasmodic dan vasolidator sperti papaverin, aminophyllin dan trinitroglycerin
b.      Berikan isoproterenol untuk meningkatkan ventilasi pulmoner dan mengurangi bronchospasme
c.       Antihistamin : promethazine
3.      Mengatasi intravaskuler koagulasi:
a.       Dipertimbangankan untuk memberikan heparin atau fibrinogen
4.      Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan bagi sirkulasi darah
5.      Digitalis berkhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
6.      Eksplorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri atau retensio plasenta
7.      Hidrocortison diberikan baik untuk membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu maupun bagi khasiat inotropiknya
Namun, keberhasilan pengobatan dan pengalaman untuk mengatasi emboli air ketuban tidak banyak.

No comments:

Post a Comment