2.1
PENGERTIAN
Labioskizis atau bibir sumbing adalah
suatu kondisi dimana terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Labioskizis adalah malformasi yang
disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu
selama perkembangan embriotik.Labioskizis
merupakan deformitas daerah
mulut berupa celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
embrional berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh
bersatu. Labioskizis merupakan kongenital anomali
yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Labioskizis adalah
kelainan kongenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan
prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior.
2.2
KLASIFIKASI
Berdasarkan lengkap atau tidaknya
celah terbentuk, tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang
ringan hingga yang berat.
Beberapa jenis bibir sumbing yang
diketahui adalah :
1.
Unilateral Incomplete
Jika celah sumbing terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2.
Unilateral Complete
Jika celah sumbing yang terjadi
hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
3.
Bilateral Complete
Jika celah sumbing terjadi di kedua
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
2.3
ETIOLOGI
- Herediter
a.
Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum Mendel secara otosomal, dominant, resesif dan
X-Linked.
Pada otosomal
dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan
kelainan yang sama.
Pada otosomal
resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal. X-Linked adalah
wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada
pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.
b.
Kelainan
Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam
sindroma akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi 13 (patau),
Trisomi 15, Trisomi 18
(edwars) dan
Trisomi 21.
- Faktor lingkungan
a.
Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan
embrio pun
akan menurun. Dengan
bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari
ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan
kehamilan trisomi.
Wanita
dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet
baru selama hidupnya.
Jika seorang
wanita umur 35 tahun maka sel-sel
telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan bertambah besar
sesuai dengan bertambahnya usia ibu.
b.
Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk
mengobati penyakit ibu, tetapi hampir janin yang tumbuh akan menjadi penerima
obat. Penggunaan
asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter
pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa obat
yang tidak boleh dikonsumsi
selama hamil yaitu rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam
flufetamat, ibuprofen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai
antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit.
c.
Nutrisi
Contohnya defisiensi Zn, B6, Vitamin C, kekurangan
asam folat pada waktu hamil. Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit
lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah
kekurangan nutrisi.
d.
Daya
pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu yang mempunyai jumlah anak yang banyak.
e.
Penyakit
infeksi
Contohnya seperti infeksi rubella, sifilis,
toxoplasmosis dan klamidia dapat menyebabkan terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis.
f.
Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan
salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang
nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.
g.
Stress
Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada binatang
percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada
keadaan hamil menyebabkan labioskizis
dan labipaltoskizis.
h.
Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika
wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan,
pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang tuanya.
Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi dan
infeksi.
Salah satu
penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima. Pertumbuhan dan
perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat
kompleks. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah
serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan. Kelainan bawaan adalah suatu
kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada
bayi ketika dia dilahirkan. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit.
Kelainan wajah ini terjadikarena ada gangguan pada organogenesis antara minggu
keempat sampai minggu kedelapan masa embrio. Gangguan pertumbuhan ini tidak
saja menyulitkan penderita, tetapi juga menimbulkan kesulitan pada orangtua,
terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian makan, tetapi juga efek psikologis
karena mempunyai anak yang tidak sempurna.
2.4
FAKTOR RESIKO
Faktor risiko
adalah sesuatu yang meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan penyakit. Faktor
risiko terjadinya labioskizis meliputi:
1. Faktor bayi:
a. Memiliki cacat lahir lahinnya
b. Jenis kelamin laki-laki
c. Memiliki saudara kandung, orang tua,
atau kerabat dekat lainnya lahir dengan labioskizis. Genetika terbaik dapat
menentukan resiko yang sebenarnya, yang dapat sangat bervariasi diantara para
keluarga. Secara umum, jika satu anak dalam keluarga memiliki sumbing, anak
berikutnya memiliki sekitar 4% juga memiliki sumbing. Jika hanya mamiliki bibir
sumbing, resiko ini terjadi pada anak kedua adalah 2%.
2. Faktor ibu selama kehamilan
a. Memakai obat-obatan
tertentu, seperti obat antiseizure terutama fenitoin atau retinoic acid
digunakan untuk kondisi dermatologic, seperti jerawat.
b. Mengkonsumsi
alkohol (khususnya dalam pengembangan bibir sumbing).
c. Memiliki penyakit
atau infeksi.
d. Memiliki kekurangan
asam folat pada konsepsi atau selama awal kehamilan.
2.5
PATOFISIOLOGI
Pada trimester
I terjadi proses perkembangan pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat
itu terjadi kegagalan dalam penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau
tulang selama fase embrio.
Apabila
terjadinya kegagalan dalam penyatuan proses nasal medical dan maxilaris
menyebabkan tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian
yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali maka dapat mengalami labio shcizis (sumbing
bibir) dan proses penyatuan tersebut akan terjadi pada usia 6-8 minggu.
Beberapa teori yang menggambarkan
terjadinya celah bibir :
1. Teori Fusi
Disebut juga teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan
awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries berkembang kearah
depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian
bersatu.
Bila terjadi
kegagalan fusi antara processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka
celah bibir akan terjadi.
2. Teori
Penyusupan Mesodermal
Disebut juga teori hambatan perkembangan. Mesoderm
mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal.
Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan
terbentuk.
3. Teori
Mesodermal sebagai Kerangka Membran Brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memrlukan
jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke
arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran
brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.
4. Gabungan Teori
Fusi dan Penyusupan Mesodermal
Adanya fusi
processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak
akan membentuk bibir bagian tengah.
2.6
TANDA
DAN GEJALA
Ada beberapa gejala dari labioskizis yaitu :
1. Terjadi
pemisahan bibir.
2. Terjadi
pemisahan
langit-langit.
3. Terjadi pemisahan
bibir dan langit – langit.
4. Adanya infeksi telinga berulang.
5. Berat badan
tidak bertambah.
6. Terjadi regurgitasi
nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari hidung.
2.7
KOMPLIKASI
Keadaan
kelainan pada wajah seperti labioskizis
ada beberapa
komplikasi karenanya, yaitu:
1. Kesulitan
makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika diikuti dengan celah
palatum. Memerlukan penanganan khusus seperti dot khusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran
dalam memberi makan pada bayi bibir sumbing.
2. Infeksi telinga
dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga
tengah dengan kerongkongan dan jika tidak segera diatasi maka akan kehilangan
pendengaran.
3. Kesulitan
berbicara. Otot-otot untuk berbicara mengalami penurunan fungsi karena adanya
celah. Hal ini dapat mengganggu pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.
4. Masalah gigi.
Pada celah bibir, gigi tumbuh tidak normal atau bahkan tidak tumbuh, sehingga
perlu perawatan dan penanganan khusus.
5. Distress pernafasan.
6. Risiko infeksi saluran nafas.
7. Pertumbuhan dan perkembangan
terhambat.
2.8
PRINSIP
PERAWATAN SECARA UMUM
1. Pada saat lahir
diberikan bantuan pernapasan dan pernapasan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu
untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.
2. Pemberian
ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai refleks
mengeluarkan ASI dengan baik mungin dapat dicoba dengan sedikit menekan
payudara.
3. Bila
anak sukar menghisap, berikan dot khusus, dot ini bisa dibeli di apotik-apotik
besar. Dot ini bentuknya lebih panjang dan lubangnya lebih lebar daripada dot
biasa, tujuan dot yang panjang sehingga susu bisa langsung masuk ke
kerongkongan karena daya hisap bayi yang rendah, maka lubang dibuat sedikit
lebih besar. Jika anak tidak mau, berikan dengan
cangkir dan sendok.
4. Setelah anak
berusia 3 bulan dilakukan labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir, analisa untuk hidung dan evaluasi
telinga
dengan
kerjasama yang baik antara akhli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT,
serta ahli wicara.
2.9
PENATALAKSANAAN
Ada tiga tahap
penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. Tahap sebelum
operasi
Pada tahap
sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima tindakan
operasi. Asupan gizi yang cukup
dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai.
Patokan yang biasa dipakai meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar
4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum
mencapai patokan yang biasa dipakai, ada beberapa
nasihat yang harus
diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak
bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika
dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal
artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil
sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang
khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara
perlahan.
Selain itu
celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non
alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat
proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio
pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium, karena jika hal
ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara
kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi
harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
2. Tahap sewaktu
operasi
Tahapan
selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan
oleh seorang ahli bedah.
Usia optimal
untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih
mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika
koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah
terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap
menjadi kurang sempurna.
Kalau operasi
dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan
suara normal atau tidak sengau sulit dicapai.
3. Tahap setelah
operasi.
Tahap
selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari
tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani
akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir
sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau
dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang
datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat
operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak
tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa
huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak banyak
bermanfaat.
kerenn jugaa
ReplyDelete